-->

Panglima Perang Yang Di Pecat Karena Tak Pernah Berbuat Kesalahan

Sudahkah anda mendengar atau membaca kisah tentang seorang Panglima perang yang di Pecat Karena tidak pernah Berbuat Kesalahan Ini? Kalau belum silahkan di lanjutkan membacanya mungkin saja bisa menjadi Motivasi dan Inspirasi buat kedepanya. Bagi yang sudah mendengar dan membaca sebelumnya ada baiknya membaca ulang lagi, karena Kisah ini memang benar benar menarik untuk dinikmati dan di ambil Hikmahnya.

Berikut adalah tentang

KISAH PANGLIMA PERANG YANG DIPECAT KARENA TIDAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN




Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim.
Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus."
Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.
Baca juga artikel tentang Tentara Allah





Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya, ahli dalam siasat perang, mahir segala menggunakan senjata, piawai serta handal dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan dalam memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat kepadanya. Di dalam surat tersebut tertulis pesan yang sangat singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"

Menerima khabar dari surat tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan atasvpemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik dan taat pada atasan, beliaupun segera bersiap untuk menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.



Setelah sampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apakah betul saya di pecat?
"Waalaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!"Jawab Khalifah.

"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tetapi kalau boleh saya mengetahui , Apakah saya punya kesalahan, sehingga saya di pecat ?

"Kamu tidak punya kesalahan sedikitpun."

"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tidak mampu menjadi seorang panglima?"

"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."

"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab.
Khalid, engkau adalah jenderal terbaik, panglima perang yang sanga hebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan kamu. Tapi ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin nanti akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini engkau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!

Mendengar jawaban tersebut, Jenderal Khalid tertegun, bergetar hatinya dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar dengan erat. Dan Sambil menangis beliau berbisik, terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!

Bayangkan sebentar…. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Di zaman sekarang ini masih  Adakah pejabat penting yang mampu berlaku mulia sedemikian itu?
Yang ada adalah justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian. Emosi tingkat tinggi yang keluar hingga menjadikan buta hati. Segera mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'sebuah kegagalan kecil' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, semua digugat.....bahkan hingga yang paling ekstrim.... Tuhan pun digugat..

Kembali lagi ke dalam kisah Khalid bin Walid.
Yang lebih luar biasa hebatnya lagi setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang untuk ikut serta dalam Berperang. Tetapi beliau tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa sebagai bawahan yang dipimpin oleh mantan bawahannya yang sudah di serahi mengambil alih komando sebelumnya.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima perang yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal beliau sudah dipecat.
Lalu ada diantara mereka yang bertanya, Ya Jenderal mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat ?

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab
Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.

Demikian Sepenggal kisah yang sangat indah dari seorang Jenderal panglima perang dengan julukan Pedang Allah yang Terhunus.

Sungguh indah untuk direnungkan dan di hayati. Baca ulang sekali lagi!!!
Ambil hikmah yang bisa bermanfaat.Bila memang ada Manfaatnya Jangan berhenti di Hp Anda, Silahkan di bagikan ke yang lain.Mari terus tebarkan ilmu yang bermanfaat. ....
Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Sumber Cerita cinta Belajar lebih baik lagi
Tag :  SiteMap Sinyal Alam
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner